Menu

:

Selasa, 05 Oktober 2021

SAYA AKAN TETAP MENULIS

Saya Akan Tetap Menulis

            Bila ada pertanyaan tentang mengapa menulis adalah passion yang menjanjikan tentu banyak sekali jawaban yang akan kita temukan, salah satunya adalah penjelasan yang disampaikan oleh pembicara dalam kegiatan belajar menulis ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd (yang biasa kami panggil ibu Kanjeng) “bahwa kemampuan  menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir, serta salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. Walaupun dalam menulis pastinya akan ada berbagai macam hambatan, antara lain: merasa tidak memiliki bakat, tidak ada waktu, sulit memunculkan ide-ide bahkan merasa tidak suka dengan kegiatan menulis.

            Tentu saja bila hambatan-hambatan itu kita buatkan tabel maka akan ditemukan berbagai alasan yang berbeda-beda dan sangat banyak. Yang pastinya semua itu bisa saja muncul dari dalam diri seseorang atau sebab dari lingkungan sekitarnya. Contoh saja diri saya sendiri, bila bercermin dengan pikiran dan perasaan yang terdahulu, sampai detik ini saya mungkin tidak akan pernah memulai menulis. Ternyata hambatan terbesar yang menghambat adalah merubah passion dan pandangan kita terhadap kegiatan menulis.

Menulis sesungguhnya sudah kita mulai, contoh kecil saja yang ringan dalam tulisan sehari-hari, seperti menulis pesan-pesan ketika membalas chat wa atau facebook, atau komentar yang kita tuliskan dalam IG, Twitter dan lain sebagainya, yang semua itu adalah ide-ide yang muncul dari apa yang kita baca.

            Wajarlah bila dalam pesan yang beliau sampaikan (ibu kanjeng) untuk kita memunculkan ide-ide dan menggerakkan kita untuk menulis, yang pertama: banyaklah membaca (read), bacaan-bacaan apa saja yang kita senangi sehingga bisa menjadi referensi kita dalam menulis. Tentu hal ini akan sulit dialami oleh seseorang yang lebih senang mendengar dibandingkan membaca. Padahal sesungguhnya membaca bukan saja berasal dari tulisan-tulisan namun juga bisa dari kejadian-kejadian yang diamati (look and feel) atau dari hal-hal lainnya seperti; socialize yaitu berapa banyak pengetahuan, pengalaman dan kisah orang lain yang kita serap.

            Sebagai seorang muslim tentu tidak asing dengan perintah membaca tersebut, karena perintah ini telah tertuang pada ayat pertama quran surah Al ‘Alaq sebagai surah yang pertama kali turun kepad nabi Muhammad SAW dan menjadi sejarah tentang diutusnya beliau sebagai Rasul terakhir. Dan membaca bukan satu-satunya yang bisa dilakukan untuk dapat menulis. Cara yang lainnya adalah sering-seringlah sharing pendapat, ide/gagasan atau obrolan-obrolan ringan yang menghantarkan kita untuk menemukan materi tulisan.

            Bila hambatan yang ada dapat diatasi dengan baik dan ditemukan cara penyelesaiannya, maka mulailah menulis. Siapkan beberapa hal yang bisa dilakukan, pertama; gali gagasan atau ide dengan cara iqra’ (baca, amati, imajinasi apa yang muncul dan lakukan kajian pustaka). Kedua; tentukan genre dan target segmen pembaca yang mengarahkan kepada tulisan yang kita hasilkan akan marketabel. Ketiga; menentukan topik yang disesuaikan dengan genre dan siapa sasaran pembacanya. Keempat; buatlah kerangka tulisan yang akan mengarahkan kepada kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur,  kepaduan, dan penekanan (karakteristik outline yang baik). Kelima; lakukan banyak membaca untuk memperkaya ide dan gagasan (perseptif dan referensi).

            Finally, menulis itu butuh kesabaran. Tulislah terlebih dahulu semampunya dan apa saja yang ringan, yang membuat kita menyenanginya hingga merasa butuh untuk menulis. Inilah salah satu pertanyaan yang saya munculkan saat sesi diskusi dengan ibu kanjeng. Tidak banyak pesan yang disampaikan hanya jadikan menulis sebagai passion seperti layaknya kita butuh untuk pergi kebelakang menyelesaikan hajat yang memang harus ditunaikan.

Sehingga menurut beliau bila untuk penulis pemula maka fokuslah pada ketekunan dalam proses menulis, jangan berpikir tentang kesempurnaan dan idealis. Menulis saja apa yang bisa dan disenangi. Bila telah menyelesaikan naskah kasar dari tulisan yang kita tulis, tahap yang harus dilewati untuk menjadi buku maka lakukan; editing, revising dan publishing. Maka apapun yang ditulis tetap bisa menjadi bacaan yang menarik orang lain untuk membaca dan penasaran dengan kelanjutan dari tulisan kita hingga ingin membacanya sampai akhir. Sebelum dipublish tetaplah lakukan editing dan revising supaya bisa menjadi bacaan yang manfaat.



7 komentar:

SECUIL ASA semua dari kalian pasti lulus  ya lulus ... lulus yg tertulis diatas kertas tapi ingat ada dua macam siswa yg lulus lulus dengan ...