Saya Akan Tetap Menulis
Bila
ada pertanyaan tentang mengapa menulis adalah passion yang menjanjikan tentu
banyak sekali jawaban yang akan kita temukan, salah satunya adalah penjelasan yang
disampaikan oleh pembicara dalam kegiatan belajar menulis ibu Dra. Sri Sugiastuti,
M.Pd (yang biasa kami panggil ibu Kanjeng) “bahwa kemampuan menulis dipandang sebagai indikator
intelektualitas dan kematangan berpikir, serta salah satu pekerjaan yang sangat
dihormati dan dihargai secara sosial. Walaupun dalam menulis pastinya akan ada
berbagai macam hambatan, antara lain: merasa tidak memiliki bakat, tidak ada
waktu, sulit memunculkan ide-ide bahkan merasa tidak suka dengan kegiatan
menulis.
Tentu
saja bila hambatan-hambatan itu kita buatkan tabel maka akan ditemukan berbagai
alasan yang berbeda-beda dan sangat banyak. Yang pastinya semua itu bisa saja
muncul dari dalam diri seseorang atau sebab dari lingkungan sekitarnya. Contoh saja
diri saya sendiri, bila bercermin dengan pikiran dan perasaan yang terdahulu,
sampai detik ini saya mungkin tidak akan pernah memulai menulis. Ternyata hambatan
terbesar yang menghambat adalah merubah passion dan pandangan kita terhadap
kegiatan menulis.
Menulis sesungguhnya sudah kita mulai, contoh
kecil saja yang ringan dalam tulisan sehari-hari, seperti menulis pesan-pesan ketika
membalas chat wa atau facebook, atau komentar yang kita tuliskan dalam IG, Twitter
dan lain sebagainya, yang semua itu adalah ide-ide yang muncul dari apa yang
kita baca.
Wajarlah
bila dalam pesan yang beliau sampaikan (ibu kanjeng) untuk kita memunculkan ide-ide
dan menggerakkan kita untuk menulis, yang pertama: banyaklah membaca (read),
bacaan-bacaan apa saja yang kita senangi sehingga bisa menjadi referensi kita
dalam menulis. Tentu hal ini akan sulit dialami oleh seseorang yang lebih
senang mendengar dibandingkan membaca. Padahal sesungguhnya membaca bukan saja
berasal dari tulisan-tulisan namun juga bisa dari kejadian-kejadian yang
diamati (look and feel) atau dari hal-hal lainnya seperti; socialize yaitu
berapa banyak pengetahuan, pengalaman dan kisah orang lain yang kita serap.
Sebagai
seorang muslim tentu tidak asing dengan perintah membaca tersebut, karena perintah
ini telah tertuang pada ayat pertama quran surah Al ‘Alaq sebagai surah yang
pertama kali turun kepad nabi Muhammad SAW dan menjadi sejarah tentang diutusnya
beliau sebagai Rasul terakhir. Dan membaca bukan satu-satunya yang bisa
dilakukan untuk dapat menulis. Cara yang lainnya adalah sering-seringlah
sharing pendapat, ide/gagasan atau obrolan-obrolan ringan yang menghantarkan
kita untuk menemukan materi tulisan.
Bila
hambatan yang ada dapat diatasi dengan baik dan ditemukan cara penyelesaiannya,
maka mulailah menulis. Siapkan beberapa hal yang bisa dilakukan, pertama; gali
gagasan atau ide dengan cara iqra’ (baca, amati, imajinasi apa yang muncul dan
lakukan kajian pustaka). Kedua; tentukan genre dan target segmen pembaca yang
mengarahkan kepada tulisan yang kita hasilkan akan marketabel. Ketiga;
menentukan topik yang disesuaikan dengan genre dan siapa sasaran pembacanya. Keempat;
buatlah kerangka tulisan yang akan mengarahkan kepada kesederajatan yang logis,
kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan
(karakteristik outline yang baik). Kelima; lakukan banyak membaca untuk
memperkaya ide dan gagasan (perseptif dan referensi).
Finally,
menulis itu butuh kesabaran. Tulislah terlebih dahulu semampunya dan apa saja
yang ringan, yang membuat kita menyenanginya hingga merasa butuh untuk menulis.
Inilah salah satu pertanyaan yang saya munculkan saat sesi diskusi dengan ibu
kanjeng. Tidak banyak pesan yang disampaikan hanya jadikan menulis sebagai
passion seperti layaknya kita butuh untuk pergi kebelakang menyelesaikan hajat
yang memang harus ditunaikan.
Sehingga menurut beliau bila untuk
penulis pemula maka fokuslah pada ketekunan dalam proses menulis, jangan
berpikir tentang kesempurnaan dan idealis. Menulis saja apa yang bisa dan
disenangi. Bila telah menyelesaikan naskah kasar dari tulisan yang kita tulis,
tahap yang harus dilewati untuk menjadi buku maka lakukan; editing, revising
dan publishing. Maka apapun yang ditulis tetap bisa menjadi bacaan yang menarik
orang lain untuk membaca dan penasaran dengan kelanjutan dari tulisan kita
hingga ingin membacanya sampai akhir. Sebelum dipublish tetaplah lakukan editing
dan revising supaya bisa menjadi bacaan yang manfaat.
Resume yang lengkap. Teruslah menjadikan menulis sebagai passion.
BalasHapusinsyaAllah ibu, terimaksi
HapusWow... Mantab bu... Udah layak py buku sendiri ini mah😍
BalasHapusmasih belajar
HapusKeren say....
BalasHapusmasih belajar yuk
HapusSaya suka resumenya
BalasHapus