Moderator: Rosminiyati
Narasumber: Susanto, S.Pd
1. Memahami arti proofreading
Proofreading
adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum
dipublikasikan atau dibagikan. Menjadi seorang proofreader tentu dapat dilakukan
oleh siapapun dengan cara banyak berlatih dan dapat menemukan kesalahan dalam
tulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan kesalahan di sini adalah tidak hanya
pada tanda baca, ejaan atau kalimat yang salah, namun proofreading atau kadang
disebut dengan uji baca atau membaca ulang tujuannnya adalah untuk memeriksa
konsistensi dalam menggunakan nama atau istilah hingga pemenggalan kata serta
memastikan bahwa tulisan tersebut bisa diterima logika dan dipahami.
Jadi
tugas seorang proofreader harus dapat mengenali; pertama, tulisan yang ditulis merupakan sebuah kalimat efektif dan
susunannya sudah tepat.
Kedua, tulisan
tersebut dipahami oleh pembaca atau tidak.
2. Langkah-langkah
proofreading:
Pertama; Merevisi draf awal
teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan,
menambahkan atau menghapus seluruh bagian
Kedua; Merevisi penggunaan
bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan
aliran teks.
Ketiga; Memoles kalimat
untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi
gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
Keempat; Cek ejaan merujuk
ke KBBI & PUEBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
kemudian pemenggalan kata-kata juga merujuk ke KBBI. Lakukan konsistensi nama
dan ketentuannya serta perhatikan judul bab dan penomoran.
3. Hal-hal
yang harus diperhatikan oleh penulis saat melakukan proofreading antara lain:
Pertama,
penulis harus memposisikan dirinya sebagai “calon pembaca” dari tulisan yang ia
tulis sendiri bukan sebagai penulisnya sehingga dapat memperbaikan
kesalahan-kesalahan seperti typo atau
kesalahan penulisan kata dan penyingkatan.
Kedua,
hindari
memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru atau tanda
tanya terpisah dari kata yang mengikutinya.
Ketiga,
penulis
mesti menguasai EYD/PUEBI dan kata-kata baku di KBBI
Keempat,
lakukan
proofreading saat nasakah telah selesai kemudian diendapkan beberapa saat dan
semua hal tersebut di atas berlaku pada semua naskah termasuk tulisan di blog.
4. Cara
mudah melakukan proofreading terutama pada ejaan.
Setelah tulisan di blog
selesai, buka jendela draft, dan buka juga jendela pratinjau.
Baca tulisan pada jendela
pratinjau
Jika ada kesalahan penulisa,
blok kata yang salah lalu di copy
Setelah itu buka jendela
draft, tekan tombol CTRL + F
Tempelkan salinan tadi di
kolom pencarian CTRL + V
Akan muncul highlight
tulisan, kita lakukan perbaikan, setelah itu klik tombol simpan atau CTRL + S
Buka jendela pratinjau,
kemudian refresh atau tekan tombol F5
Begini ilustasinya, namun ini menggunakan Wordpress dengan mode penulisan Classik.
Sesungguhnya
proses proofreading yang dilakukan penulis atau orang lain tidak membutuhkan
waktu yang lama, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah naskah tersebut
harus telah selesai ditulis, kemudian bacalah naskah secara utuh dan mengulangi
membacanya sekaligus menandai kesalahan-kesalahan yang ditemukan, selanjutnya
membaca lagi yang telah disertai perbaikan tulisan, baru kemudian diamkan
setidaknya dua atau tiga hari, lalu periksa kembali dan naskah kemudian
tentunya akan dikembalikan lagi kepada
penulisnya untuk diperiksa ulang. Maka semakin teliti melakukan proofreading
tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Bila
proses proofreading telah dilakukan dengan baik, ada upaya yang lainnya untuk
menjadikan naskah tersebut menjadi menarik dan bisa dipahami pembaca. Adapun upaya
tersebut adalah:
1. Tulisan
sesuai dengan tema yang dibahas, mengandung unsur yang diperlukan, SIDAMBA artinya
bisa terjawab: Siapa, Di mana, Apa, Mengapa, Bagaimana, dan Kapan terpenuhi
sesuai tema.
2. Struktur
kalimat yang digunakan baik dan benar S-P-O-K nya. Apakah kalimat tunggal atau
kalimat majemuk. Jika kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat, tulis
dengan struktur yang baik dan benar.
3. Upayakan
tidak ada kesalahan ejaan/penulisan/pemenggalan kata
4. Pilihan
kata bagus, kata baku yang digunakan sesuai KBBI
Adapun
upaya untuk menjadikan tulisan itu diterima oleh logika maka substasi tulisan
bersifat rasional dan wajar.
Lantas
apa sebenarnya perbedaan pekerjaan editing dan proofreading. Maka dapat
diketahui bahwa editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan
proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau
substansi dari sebuah tulisan.
Jadi,
proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi
juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk diakal atau belum.
Tentunya
dalam proses proofreading kesalahan logika yang biasa terjadi diantaranya pada
substansi materi dengan penjelasan sebelumnya.
Misalnya,
pada BAB sebelumnya dijelaskan bahwa kata baku dalam cerpen digunakan dalam
narasi. Untuk dialog tidak harus, karena dialog mencerminkan bahasa lisan yang
dikutip menjadi tulisan.
Nah, pada contoh cerpen (yang penulis tersebut buat) ternyata narasinya menggunakan kata-kata yang tidak baku. Hal ini bertentangan dengan penjelasan sebelumnya.
Proofreader
melakukan konfirmasi kepada penulis, lalu dilakukan perbaikan. sehingga
proofreader dengan penulis tidak bekerja sendiri-sendiri.
Isi
tulisan sepenuhnya hak cipta penulis dan tanggung jawab penulis. Proofreader/editor
memolesnya saja agar kalimatnya menjadi “bagus”.
Contoh Kalimat:
“Pada
saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama sambil minum teh
yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman
bagi guru didalam ruang guru pada masing masing meja guru tersebut”
Kalimat tersebut terdiri dari 34 kata, banyak kata dalam kalimat disarkan tidak lebih dari 20 kata. Sehingga dilakukan editing/proofreading menjadi
“Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama. Mereka bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman bagi guru di dalam ruang guru.”
Atau
“Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama. Mereka
bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa
setiap hari menyajikan minuman bagi guru.”
Satu perumpamaan yang sangat berkesan dan dapat mewakili siapa sebenarnya proofreader itu diungkapkan oleh Bapak Susanto, S.Pd
"Kuman
di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tidak tampak".
Beliau teringat ketika teman-temannya nonton bola di tribun atau di televisi.
Bapak
sebagai penulis adalah pemain bola yang menggiring bola ke gawang lawan. Kadang
tidak tahu di depan ada pemain yang hendak menjegal. Kami penonton di kejauhan
tahu benar ke mana bola harus ditendang.
Demikian
pula menulis, jadi perlu orang lain untuk ikut membaca tulisan kita.
Kita
tidak mungkin menguasai segalanya, hanya orang-orang tertentu yang ditakdirkan
memiliki kompetensi: penulis, proofreader, editor, sekaligus.
Lengkap, rapi, cakep say
BalasHapusagik belajar bun
HapusMantap, keren, lengkap pula
BalasHapustrmkasi
HapusTerstruktur dan rapi. Semangat terus 💪💪💪
BalasHapusinsyaAllah
HapusKeren say...., Lanjutkan
BalasHapusinsyaAllah
Hapusmksi yuk
Hapus